Minggu, 21 Oktober 2012

Keterampilan Dalam Konseling


A.  Pengertian Konfrontasi
1.    Konfrontasi adalah keterampilan konseling yang sangat berlainan dengan keterampilan yang lainnya. Di dalam konfrontasi tercakup upaya membangkitan kesadaran klien melalui penyampaian informasi yang selama ini gagal diidentifikasi oleh diri Klien. Jadi konfrontasi merupakan upaya memanfaatkan keterampilan yang cermat, karena di dalam keterampilan ini mencakup upaya memasukan informasi ke dalam kesadaran klien dengan cara yang dapat diterima oleh klien.
2.    Konfrontasi adalah usaha sadar konselor untuk mengemukakan kembali dua pesan atau lebih yang saling bertentangan yang disampaikan konseli. Konfrontasi merupakan salah satu respon konselor yang sangat membantu konseli.
3.    Confronting/Konfrontasi adalah ekspresi konselor tentang ketidakcocokannya dengan perilaku konseli. Dengan kata lain, konfrontasi adalah ketrampilan konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepensi, atau inkongruensi dalam diri konseli dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada konseli.
4.    Menurut Supriyo dan Mulawarman (2006:40) Konfrontasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri klien dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada klien.
5.    Dalam Retno Tri Hariastuti dan Eko Darmanto (2007:54) Konfrontasi merupakan suatu respon verbal yang digunakan oleh konselor untuk menyatakan adanya diskrepansi atau kesenjangan antara perasaan, pikiran, dan perilaku klien seperti yang tampak pada pesan-pesan yang dinyatakannya.

B.  Tujuan Konfrontasi
1.    Tujuannya Confronting adalah untuk membantu proses perkembangan konseli yang sementara ini nampak terganggu oleh adanya kesenjangan tersebut. Kesenjangan itu terjadi:
- Ketidak sesuaian antara ekspresi konseli tentang siapa dia dan apa yang diinginkannya. (real self atau self concept versus ideal self).
-  Ketidak sesuaian antara verbal konseli tentang dirinya (awareness atau ansight) dengan perilakunya. (Klien mengatakan satu pihak dia sangat memperhatikan pacarnya, tapi dalam pernyataan lain dia malas menghubungi)
-  Antara Dua Tingkahlaku Non Verbal (Kaki gemetar, sedangkan bibir tersenyum)
-  Antara dua orang atau lebih (Dia berkata begini, dan Anda mengatakan begitu..”)
-  Antara Pernyataan dan Tingkahlaku Non-Verbal (Konseli menyatakan bahwa dia sangat senang di runag konseling, tetapi wajahnya menunjukkan ketegangan dan gemetar)
2. Menurut Hariastuti dan Darminto, (2007:54) tujuan konfrontasi adalah untuk mengenali pesan-pesan klien yang bercampur aduk atau tidak konsisten, serta bertujuan pula untuk mengeksplorasi cara-cara lain dalam upaya memahami situasi atau diri klien.
3. Dalam Willis, Sofyan tujuan konfrontasi ada dua, yaitu :
a.       Agar calon konselor mempunyai daya kritis terhadap factor diskrepansi atau
  inkonsistensi dari diri klien.
b.      Agar calon konselor mampu membuat kalimat-kalimat konfrontasi yang baik dan
 dengan sikap attending.
4. Menurut Hatauruk dan Pribadi, (1984: 27) Tujuan konfrontasi adalah untuk membuat orang agar mengubah pertahanan yang telah dibangun guna menghindari pertimbangan bidang tertentu dan untuk meningkatkan komunikasi terus terang. Pertahanan-pertahanan psikologis ini biasanya merupakan bidang yang penting didekati, tetapi sangat sensitive sehingga sangat takut mengurusinya.

C.  Manfaat Konfrontasi
1.  Menghindari adanya kesenjangan antara perasaan, pikiran, dan perilaku klien.
2. Membawa klien memusatkan perhatian pada bagian atau aspek-aspek perilaku.
3. Membuat klien  menjadi orang yang dapat bertindak lebih efektif.

D.   Jenis Konfrontasi
1.       Konfrontasi verbal dan tingkah laku non verbal
2.       Konfrontasi pesan-pesan verbal dengan tahap-tahap atau langkah-langkah tindakan.
3.       Konfrontasi diantara dua pesan verbal (dinyatakannya secara tidak konsisten).
4.       Konfrontasi dua pesan non verbal (ditampakannya tingkah laku tidak konsisten).
5.       Konfrontasi dua pribadi atau orang (konselor-konseli, konseli-orang tuanya, konseli saudaranya, dan sebagainya).
6.       Konfrontasi pesan verbal dan konteks atau situasi.

E.    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan konfrontasi:
1.       Konfrontasi dapat dilakukan jika hubungan antara konseli dan konselor sudah mencapai kepercayaan, jika tidak, jusatru akan terjadi resistensi (mempertahankan diri) pada diri konseli.
2.       Konselor sudah harus cukup yakin tentang apa yang ditunjukkan sebagai pertentangan, dan tidak boleh bicara dengan nada mengadili, menuduh, atau memamerkan ketajaman pengamatannya.

F.    Faktor-Faktor yang menyebabkan konfrontasi
Konselor perlu melakukan konfrontasi apabila pada diri konseli didapati adanya:
1.        Pertentangan antara apa yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan.
2.        Pertentangan antara dua perkataan yang disampaikan dalam waktu yang   berbeda.
3.        Pertentangan antara perasaan yang dia katakan dengan tingkah laku yang tidak mencerminkan perasaan tersebut.

G.      Materi Latihan
1.        Latihan Kritis terhadap sikap diskrepansi klien dan dengan bersikap attending terhadapnya.
2.        Latihan menyusun kalimat-kalimat konfrontasi, contoh :
-            “Apakah saudara merasa bahwa apa yang Anda katakan berbeda dengan perasaan Anda?”
-            “Saya perhatikan bahwa Anda mengatakan rela, namun muka saudara terlihat kekecewaan. Apakah Anda merasakannya?”

H.      Prosedur Latihan
1.        Buatlah pasangan-pasangan peserta untuk berlatih bermain peran dalam teknik konfrontasi. Dibantu oleh tiga pengamat.
2.        Pembimbing memberi materi latihan atau hasil susunan para peserta untuk dimainkan.
3.        Setelah terjadi peran permainan dialog konseling dengan teknik konfrontasi, maka diadakan diskusi dan penilaian dengan pertimbangan bahwa masukan dari pengamat dan peserta.
Ketrampilan konfrontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap pesan seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Dengan ketrampilan konfrontasi kita dapat mengenal dan merespon pesan ganda klien sehingga ia menyadarinya dan kemudian berkembang kearah yang lebih baik. Dalam komunikasi konseling, ketrampilan konfrontasi merupakan cara konselor untuk membetulkan titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi sebagai berikut :
1.        Perbedaan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan klien, misalnya :”Anda mengatakan bahwa Anda selalu membaca koran setiap hari, tetapi hari ini Anda tidak melakukan hal itu”
2.        Perbedaan antara apa yang telah dikatakan seseorang dengan apa yang dilaporkan orang lain tentang dia, misalnya :”Anda mengatakan bahwa Anda adalah orang miskin dan tidak mampu, akan tetapi tetangga Anda mengatakan bahwa Anda barusaja membeli mobil baru dan TV berwarna”
3.        Perbedaan antara apa yang dikatakan dengan apa yang nampak, misalnya”Anda mengatakan tidak marah, akan tetapi suara dan perbuatan Anda menunjukkan kemarahan”.
Dalam menerapkan konfrontasi ini hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·            Konselor hendaknya memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap empati dan jujur.
·            Harus diperhitungkan agar klien mau menerimanya dan tidak memberikan pertahanan    atau perlawanan.
·            Harus bersesuaian dengan situasi dan kondisi masalah.
·            Harus singkat dan tepat sasaran.

Terdapat beberapa kondisi dimana konfrontasi sangat tepat dilakukan, contohnya :
·            Klien menolak isu dasar yang sebenarnya membuat dirinya terganggu;
·            Klien gagal dalam mengenali kecenderungan dirinya untuk berperilaku yang justru merusak diri sendiri (Self Destructive atau Self Defeating Behaviour);
·            Klien gagal mengenali konsekuensi serius yang mungkin terjadi oleh perilakunya;
·            Klien adalah seseorang yang keluar dari realitas;
·            Klien sering membuat pernyataan-pernyataan yang kontradiksi dengan dirinya sendiri;
·            Klien secara eksesif dan tidak wajar menutup pembicaraan tentang masa lalu atau masa depan dan tidak mampu untuk memusatkan perhatian pada masa sekarang;
·            Klien berputar-putar dengan cara mengulangi cerita lama seperti halnya rekaman yang rusak;
·            Perilaku nonverbal klien tidak serasi dengan perilaku verbalnya;
·            Perhatian dibutuhkan untuk memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi dalam relasi klien dan konselor, contohnya apabila terjadi ketergantungan klien terhadap konselor atau dimana klien menolak dan menunjukkan kemarahan atau emosi-emosi tertentu yang ditujukan kepada konselor.

Dalam situasi tersebut di atas konselor dapat mengkonfrontasi klien dengan berbagi perasaan konselor tentang klien mengenai apa yang dirasakan, diperhatikan atau diamati. Konfrontasi yang baik selalu mencakup elemen-elemen sebagai berikut :
1.        Refleksi atau kesimpulan singkat tentang apa yang klien katakan sehingga klien merasa didengar dan dipahami.
2.        Pernyatan-pernyataan konselor tentang perasaan-perasaan konselor pada saat itu.
3.        Pernyataan kongkrit tentang apa yang konselor temukan dan amati tanpa memberikan interpretasi.

I.         Contoh Percakapan Konfrontasi

Dalam praktiknya, konfrontasi diungkapkan melalui kalimat gabungan yang mengandung dua kondisi yang kontradiktif seperti:
1.      ” Anda mengatakan bahwa anda senang bersekolah di sekolahmu, tetapi anda sering membolos”.
2.      ” Nanda mengatakan sangat senang dengan keputusan orang tua, tetapi Nanda menangis”.
3.      ” Tadi kamu katakan bahwa kamu tidak mencintainya tetapi baru saja kamu juga mengatakan bahwa kamu tidak bisa hidup tanpa dia:.
Contoh-contoh materi yang secara umum diberikan konfrontasi dalam proses konseling adalah:
1.         Kontradiksi antara isi pernyataan dan cara mengatakan.
Konselor    : ”Bagaimana khabar Anda hari ini?”
Klien         : Oh..(suara datar) dalam keadaan baik-baik saja” (suara rendah, sikap dan posisi tubuh tampak gelisah)
Konselor    : ”Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi suara dan sikap Anda nampak menunjukkan kegelisahan ?”
2.         Tidak konsisten antara apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan oleh klien.
Konselor  :  “Nak.., bagaimana keadaanmu sekarag ?”
Konseli    :  Baik buk…(sambil menunduk)”..
Konselor  :  “kamu sudah bisa menerima keputusan orang tua mu ????”
Konseli    :  sudah buk….(sambil menanggis)…







Jumat, 25 Mei 2012

Kenapa Cinta Harus Rumit







 
Banyak remaja dan orang-orang dewasa yang belum menikah membicarakan soal cinta?sampai kapankah cinta akan bertahan??
Apakah kalau sudah mencapai klimaksnya dalam arti sudah menikah dan punya anak apakah masih selalu membicarakan soal cinta,dan saling cinta sampai mati?
Cinta..cinta dan Cinta itulah yang sering ku dengar saat ini?bahkan banyak yang setres, bunuh diri, mengorbankan harta dan harga dirinya untuk orang yang dia Cintai.
Semoga Cinta itu tetap ada ketika seseorang sudah menjadi pasangan suami istri bahkan sudah punya cucu tetap setia, saling sayang dan masih seperti saat pacaran penuh dengan perhatian sehingga merubah pandangan bahwa cinta itu dirasakan saat-saat pacaran saja dan ketika sudah menikah 3 bulan lamanya semua sudah berubah dan berbeda tidak sama ketika pacaran. Kenapa harus demikian? Semua itu ada pada diri anda sendiri yang tau’ dan bagaimana cara anda menjaga cinta anda dan pasangan anda?
Dalam Cinta juga butuh kreatifitas jadi dalam menjalin hubungan jangan gitu-gitu tok melainkan buatlah suasana yang berbeda dan romantis tidak membosankan sehingga kalian tetap nyambung dan selalu kangen karena pasangan kita,..oghhh so sweet,… Bagi yang sudah menikahpun hal seperti ini sangat penting demi keharmonisan keluarga anda, meskipun sibuk dengan karir tetapi harus disempatkan waktu untuk berdua misalnya rekreasi bareng keluarga sambil melihat anak-anak pada main terus kita sambil mengingat-iingat masa pacaran dulu pasti seru banget kan,,,hehe
OK… Jagalah Cinta anda dan serumit apapun masalah dalam cinta pasti ada jalan keluarnya kok, dan jangan berfikir jika masalah kita adalah masalah yang paling berat karena diluar sana masih banyak masalah-masalah yang lebih menyedihkan dari masalah kita,.so tetap semangat,..:)

By: Dewi Rahayu