A. Pengertian Konfrontasi
1.
Konfrontasi adalah keterampilan
konseling yang sangat berlainan dengan keterampilan yang lainnya. Di dalam
konfrontasi tercakup upaya membangkitan kesadaran klien melalui penyampaian
informasi yang selama ini gagal diidentifikasi oleh diri Klien. Jadi konfrontasi
merupakan upaya memanfaatkan keterampilan yang cermat, karena di dalam
keterampilan ini mencakup upaya memasukan informasi ke dalam kesadaran klien
dengan cara yang dapat diterima oleh klien.
2.
Konfrontasi adalah
usaha sadar konselor untuk mengemukakan kembali dua pesan atau lebih yang
saling bertentangan yang disampaikan konseli. Konfrontasi merupakan salah satu
respon konselor yang sangat membantu konseli.
3.
Confronting/Konfrontasi adalah
ekspresi konselor tentang ketidakcocokannya dengan perilaku konseli. Dengan
kata lain, konfrontasi adalah ketrampilan konselor untuk menunjukkan adanya
kesenjangan, diskrepensi, atau inkongruensi dalam diri konseli dan kemudian
konselor mengumpanbalikkan kepada konseli.
4.
Menurut Supriyo dan Mulawarman
(2006:40) Konfrontasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor
untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri
klien dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada klien.
5.
Dalam Retno Tri Hariastuti dan Eko
Darmanto (2007:54) Konfrontasi merupakan suatu respon verbal yang digunakan
oleh konselor untuk menyatakan adanya diskrepansi atau kesenjangan antara
perasaan, pikiran, dan perilaku klien seperti yang tampak pada pesan-pesan yang
dinyatakannya.
B. Tujuan Konfrontasi
1.
Tujuannya Confronting adalah untuk
membantu proses perkembangan konseli yang sementara ini nampak terganggu oleh
adanya kesenjangan tersebut. Kesenjangan itu terjadi:
- Ketidak
sesuaian antara ekspresi konseli tentang siapa dia dan apa yang diinginkannya.
(real self atau self concept versus ideal self).
- Ketidak sesuaian antara verbal konseli
tentang dirinya (awareness atau ansight) dengan perilakunya. (Klien mengatakan
satu pihak dia sangat memperhatikan pacarnya, tapi dalam pernyataan lain dia
malas menghubungi)
- Antara Dua Tingkahlaku Non Verbal (Kaki
gemetar, sedangkan bibir tersenyum)
- Antara dua orang atau lebih (Dia berkata
begini, dan Anda mengatakan begitu..”)
- Antara Pernyataan dan Tingkahlaku Non-Verbal
(Konseli menyatakan bahwa dia sangat senang di runag konseling, tetapi wajahnya
menunjukkan ketegangan dan gemetar)
2. Menurut Hariastuti dan Darminto,
(2007:54) tujuan konfrontasi adalah untuk mengenali pesan-pesan klien yang
bercampur aduk atau tidak konsisten, serta bertujuan pula untuk mengeksplorasi
cara-cara lain dalam upaya memahami situasi atau diri klien.
3. Dalam Willis, Sofyan tujuan
konfrontasi ada dua, yaitu :
a.
Agar calon
konselor mempunyai daya kritis terhadap factor diskrepansi atau
inkonsistensi dari diri klien.
b.
Agar calon
konselor mampu membuat kalimat-kalimat konfrontasi yang baik dan
dengan sikap attending.
4. Menurut Hatauruk dan Pribadi,
(1984: 27) Tujuan konfrontasi adalah untuk membuat orang agar mengubah
pertahanan yang telah dibangun guna menghindari pertimbangan bidang tertentu
dan untuk meningkatkan komunikasi terus terang. Pertahanan-pertahanan
psikologis ini biasanya merupakan bidang yang penting didekati, tetapi sangat
sensitive sehingga sangat takut mengurusinya.
C. Manfaat
Konfrontasi
1. Menghindari adanya kesenjangan antara
perasaan, pikiran, dan perilaku klien.
2. Membawa
klien memusatkan perhatian pada bagian atau aspek-aspek perilaku.
3. Membuat
klien menjadi orang yang dapat bertindak
lebih efektif.
D. Jenis Konfrontasi
1.
Konfrontasi
verbal dan tingkah laku non verbal
2.
Konfrontasi
pesan-pesan verbal dengan tahap-tahap atau langkah-langkah tindakan.
3.
Konfrontasi
diantara dua pesan verbal (dinyatakannya secara tidak konsisten).
4.
Konfrontasi
dua pesan non verbal (ditampakannya tingkah laku tidak konsisten).
5.
Konfrontasi
dua pribadi atau orang (konselor-konseli, konseli-orang tuanya, konseli saudaranya,
dan sebagainya).
6.
Konfrontasi
pesan verbal dan konteks atau situasi.
E. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan konfrontasi:
1.
Konfrontasi
dapat dilakukan jika hubungan antara konseli dan konselor sudah mencapai
kepercayaan, jika tidak, jusatru akan terjadi resistensi (mempertahankan diri)
pada diri konseli.
2.
Konselor
sudah harus cukup yakin tentang apa yang ditunjukkan sebagai pertentangan, dan
tidak boleh bicara dengan nada mengadili, menuduh, atau memamerkan ketajaman
pengamatannya.
F. Faktor-Faktor yang
menyebabkan konfrontasi
Konselor
perlu melakukan konfrontasi apabila pada diri konseli didapati adanya:
1.
Pertentangan antara apa
yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan.
2.
Pertentangan antara dua
perkataan yang disampaikan dalam waktu yang berbeda.
3.
Pertentangan antara
perasaan yang dia katakan dengan tingkah laku yang tidak mencerminkan perasaan
tersebut.
G.
Materi
Latihan
1.
Latihan Kritis terhadap
sikap diskrepansi klien dan dengan bersikap attending terhadapnya.
2.
Latihan menyusun
kalimat-kalimat konfrontasi, contoh :
-
“Apakah saudara merasa
bahwa apa yang Anda katakan berbeda dengan perasaan Anda?”
-
“Saya perhatikan bahwa
Anda mengatakan rela, namun muka saudara terlihat kekecewaan. Apakah Anda
merasakannya?”
H.
Prosedur
Latihan
1.
Buatlah
pasangan-pasangan peserta untuk berlatih bermain peran dalam teknik konfrontasi.
Dibantu oleh tiga pengamat.
2.
Pembimbing memberi
materi latihan atau hasil susunan para peserta untuk dimainkan.
3.
Setelah terjadi peran
permainan dialog konseling dengan teknik konfrontasi, maka diadakan diskusi dan
penilaian dengan pertimbangan bahwa masukan dari pengamat dan peserta.
Ketrampilan
konfrontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap pesan seseorang yang
mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan satu dengan
yang lainnya. Dengan ketrampilan konfrontasi kita dapat mengenal dan merespon
pesan ganda klien sehingga ia menyadarinya dan kemudian berkembang kearah yang
lebih baik. Dalam komunikasi konseling, ketrampilan konfrontasi merupakan cara
konselor untuk membetulkan titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi
sebagai berikut :
1.
Perbedaan antara apa
yang dikatakan dan apa yang dilakukan klien, misalnya :”Anda mengatakan bahwa
Anda selalu membaca koran setiap hari, tetapi hari ini Anda tidak melakukan hal
itu”
2.
Perbedaan antara apa
yang telah dikatakan seseorang dengan apa yang dilaporkan orang lain tentang
dia, misalnya :”Anda mengatakan bahwa Anda adalah orang miskin dan tidak mampu,
akan tetapi tetangga Anda mengatakan bahwa Anda barusaja membeli mobil baru dan
TV berwarna”
3.
Perbedaan antara apa
yang dikatakan dengan apa yang nampak, misalnya”Anda mengatakan tidak marah,
akan tetapi suara dan perbuatan Anda menunjukkan kemarahan”.
Dalam menerapkan
konfrontasi ini hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·
Konselor hendaknya
memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap empati dan jujur.
·
Harus diperhitungkan
agar klien mau menerimanya dan tidak memberikan pertahanan atau
perlawanan.
·
Harus bersesuaian
dengan situasi dan kondisi masalah.
·
Harus singkat dan tepat
sasaran.
Terdapat beberapa kondisi dimana
konfrontasi sangat tepat dilakukan, contohnya :
·
Klien menolak isu dasar yang
sebenarnya membuat dirinya terganggu;
·
Klien gagal dalam mengenali
kecenderungan dirinya untuk berperilaku yang justru merusak diri sendiri (Self
Destructive atau Self Defeating Behaviour);
·
Klien gagal mengenali konsekuensi
serius yang mungkin terjadi oleh perilakunya;
·
Klien adalah seseorang yang keluar
dari realitas;
·
Klien sering membuat
pernyataan-pernyataan yang kontradiksi dengan dirinya sendiri;
·
Klien secara eksesif dan tidak wajar
menutup pembicaraan tentang masa lalu atau masa depan dan tidak mampu untuk
memusatkan perhatian pada masa sekarang;
·
Klien berputar-putar dengan cara
mengulangi cerita lama seperti halnya rekaman yang rusak;
·
Perilaku nonverbal klien tidak serasi
dengan perilaku verbalnya;
·
Perhatian dibutuhkan untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi dalam relasi klien dan konselor,
contohnya apabila terjadi ketergantungan klien terhadap konselor atau dimana
klien menolak dan menunjukkan kemarahan atau emosi-emosi tertentu yang
ditujukan kepada konselor.
Dalam
situasi tersebut di atas konselor dapat mengkonfrontasi klien dengan berbagi
perasaan konselor tentang klien mengenai apa yang dirasakan, diperhatikan atau
diamati. Konfrontasi yang baik selalu mencakup elemen-elemen sebagai berikut :
1.
Refleksi atau kesimpulan singkat
tentang apa yang klien katakan sehingga klien merasa didengar dan dipahami.
2.
Pernyatan-pernyataan konselor
tentang perasaan-perasaan konselor pada saat itu.
3.
Pernyataan kongkrit tentang apa yang
konselor temukan dan amati tanpa memberikan interpretasi.
I.
Contoh
Percakapan Konfrontasi
Dalam
praktiknya, konfrontasi diungkapkan melalui kalimat gabungan yang mengandung
dua kondisi yang kontradiktif seperti:
1.
” Anda mengatakan bahwa anda senang
bersekolah di sekolahmu, tetapi anda sering membolos”.
2.
” Nanda mengatakan sangat senang
dengan keputusan orang tua, tetapi Nanda menangis”.
3.
” Tadi kamu katakan bahwa kamu
tidak mencintainya tetapi baru saja kamu juga mengatakan bahwa kamu tidak bisa
hidup tanpa dia:.
Contoh-contoh materi yang secara umum diberikan konfrontasi dalam
proses konseling adalah:
1.
Kontradiksi antara isi pernyataan
dan cara mengatakan.
Konselor : ”Bagaimana khabar Anda hari ini?”
Klien : Oh..(suara datar)
dalam keadaan baik-baik saja” (suara rendah, sikap dan posisi tubuh tampak
gelisah)
Konselor : ”Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi
suara dan sikap Anda nampak menunjukkan kegelisahan ?”
2.
Tidak konsisten antara apa yang
diinginkan dan apa yang dilakukan oleh klien.
Konselor : “Nak.., bagaimana keadaanmu sekarag ?”
Konseli : Baik buk…(sambil menunduk)”..
Konselor : “kamu sudah bisa menerima keputusan orang tua mu
????”
Konseli : sudah buk….(sambil menanggis)…
REFERENSINYA KAK?
BalasHapus