Jumat, 25 Mei 2012

Kenapa Cinta Harus Rumit







 
Banyak remaja dan orang-orang dewasa yang belum menikah membicarakan soal cinta?sampai kapankah cinta akan bertahan??
Apakah kalau sudah mencapai klimaksnya dalam arti sudah menikah dan punya anak apakah masih selalu membicarakan soal cinta,dan saling cinta sampai mati?
Cinta..cinta dan Cinta itulah yang sering ku dengar saat ini?bahkan banyak yang setres, bunuh diri, mengorbankan harta dan harga dirinya untuk orang yang dia Cintai.
Semoga Cinta itu tetap ada ketika seseorang sudah menjadi pasangan suami istri bahkan sudah punya cucu tetap setia, saling sayang dan masih seperti saat pacaran penuh dengan perhatian sehingga merubah pandangan bahwa cinta itu dirasakan saat-saat pacaran saja dan ketika sudah menikah 3 bulan lamanya semua sudah berubah dan berbeda tidak sama ketika pacaran. Kenapa harus demikian? Semua itu ada pada diri anda sendiri yang tau’ dan bagaimana cara anda menjaga cinta anda dan pasangan anda?
Dalam Cinta juga butuh kreatifitas jadi dalam menjalin hubungan jangan gitu-gitu tok melainkan buatlah suasana yang berbeda dan romantis tidak membosankan sehingga kalian tetap nyambung dan selalu kangen karena pasangan kita,..oghhh so sweet,… Bagi yang sudah menikahpun hal seperti ini sangat penting demi keharmonisan keluarga anda, meskipun sibuk dengan karir tetapi harus disempatkan waktu untuk berdua misalnya rekreasi bareng keluarga sambil melihat anak-anak pada main terus kita sambil mengingat-iingat masa pacaran dulu pasti seru banget kan,,,hehe
OK… Jagalah Cinta anda dan serumit apapun masalah dalam cinta pasti ada jalan keluarnya kok, dan jangan berfikir jika masalah kita adalah masalah yang paling berat karena diluar sana masih banyak masalah-masalah yang lebih menyedihkan dari masalah kita,.so tetap semangat,..:)

By: Dewi Rahayu


Kamis, 24 Mei 2012

Dilema Tuntutan Profesionalisme dan Kesejahteraan Guru


Berbicara tentang pendidikan di Indonesia memang sangat menyedihkan. Keterpurukan dalam bidang pendidikan di negeri tercinta dalam beberapa dekade ini seakan belum terlihat ke arah yang akan lebih baik. Kemerosotan yang terjadi baik pada sistem, kurikulum, pendidik hingga peserta didik itu sendiri.
Padahal pendidikan sebenarnya menjadi pondasi awal dalam pembangunan suatu bangsa untuk lebih maju dan bermartabat di masa yang akan datang. Guru selalu menjadi fokus utama dari kritik-kritik atas ketidakberesan sistem pendidikan. Namun tidak dapat dimungkiri bahwa, pada sisi lain guru juga menjadi sosok yang paling diharapkan dapat mereformasi tataran pendidikan. Guru menjadi mata rantai terpenting yang menghubungkan antara pengajaran dengan harapan akan masa depan pendidikan di sekolah yang lebih baik.
Permasalahan guru di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai dan jelas hal ini ikut menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional kita yang rendah, menurut beberapa pakar pendidikan, salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya mutu guru itu sendiri di samping faktor-faktor yang lain.
Maka, sebenarnya permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan secara komprehensif, yaitu menyangkut semua aspek yang terkait berupa kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya” (Purwanto, 2004). Rendahnya kualitas tenaga kependidikan, merupakan masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia. Katakan saja sebagai contoh, motivasi menjadi tenaga pendidik/guru di kebanyakan sekolah selama ini dikarenakan dan hanya dilandasi oleh faktor pengabdian dan keikhlasan, sedangkan dari sisi kemampuan, kecakapan dan disiplin ilmu dikatakan masih rendah (Hujair, 2003: 226).

Dilema Sertifikasi
Guru yang digugu ditiru memang bukan segalanya. Namun, beban keterpurukan dalam pendidikan selama ini seakan-akan terlipah ruahkan hanya kepada pundak mereka yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik. Profesionalitas mereka hingga kini selalu saja dipertanyakan. Kebijakan pemerintah seakan-akan juga mengamini asumsi tersebut. Sehingga memunculkan program-program guna peningkatan profesionalitas guru, seperti program sertifikasi guru.
Apabila guru sudah mendapatkan sertifikasi ini maka guru akan dianggap profesional dan gajinya akan ditambah dengan satu kali gaji pokok. Tentu saja hal ini sangat menyenangkan dan bahkan banyak orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi guru agar ekonominya mapan. Akan tetapi mereka tidak memperhatikan bahwa profesi guru adalah suatu panggilan jiwa, banyak dari mereka yang ingin menjadi guru hanya karena supaya mendapat tunjangan sertifikasi tersebut.
Tunjangan sertifikasi ini bertujuan agar guru dapat meningkatkan profesionalitasnya, tetapi apa yang terjadi dilapangan sangat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Banyak guru yang setelah mendapat tunjangan profesi (sertifikasi) bukannya meningkat profesioanalitasnya tetapi malah menurun. Contohnya saja setelah mendapat sertifikasi guru malah menjadi malas mengajar, berangkatnya siang,dan tunjangan. Sertifikasi itu seharusnya digunakan untuk membeli hal-hal yang berguna misal buku untuk menambah wawasan para guru, tetapi hal itu jarang sekali dilakukan karena kebanyakan guru setelah mendapatkan tunjangan sertifikasi mereka malah menggunakannya untuk berfoya-foya membeli hal-hal yang tidak penting, dsb.